Kapitan Waloindi/La Soro di Negeri Ambon

          Diriwayatkan pula bahwa setelah Kapitan Waloindi berhenti menjadi Raja Binongko, ia pun menuju Gowa Tallo lalu menuju Maluku (Ambon) dan tinggal di Gunung  Soea. Keberadaan Kapitan Waloindi di Gunung Soea Ambon tidak diketahui oleh orang Bitokawa Buton yang duluan datang di Ambon, kecuali orang-orang yang bisa memegang rahasia (manusia rahasia). Sudah sekian lama Kapitan Waloindi berada di Soea Ambon, namun ia tidak pernah dikenal orang sebagai seorang ksatria sejati. (La Rabu Mbaru, 2016).
Setelah berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511, maka pada tahun yang sama bangsa Protugis melanjutkan perjalanan ke Maluku dan tiba di Ternate. Pada Tahun 1522, Portugis mendirikan benteng dan kongsi dagang serta berhasil memonopoli perdagangan. Akibat dominasi ini, membuat masyarakat Maluku marah dan melakukan perlawanan. Saat itu, Kapitan Waloindi bersama dengan masyarakat Maluku, berhasil menyerang dan memukul mundur Portugis dari Maluku. Inilah perjuangan pertama Kapitan Waloindi di Maluku.
Pada tahun 1596, Belanda masuk ke nusantara dan mendarat di Banten di bawah pimpinan Corneli de Houtman. Semula kedatangan mereka ini disambut baik oleh penduduk nusantara. Pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda mendirikan persatuan dagang atau kongsi dagang yaitu Perkumpulan Dagang Hindia Timur (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang disingkat VOC. Tujuan utama didirikannya VOC adalah untuk memenangkan persaingan dagang dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan di ketuai oleh Gubernur jenderal VOC  Pieter Both.
Di Maluku VOC melakukan aktivitas Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah kepada pedagang lain. Untuk mempertahankan harga, VOC juga memerintahkan penebangan pohon rempah-rempah milik rakyat. VOC memberikan hukuman berat kepada rakyat Maluku yang melanggar aturan monopoli. Hal ini lah yang membuat masyarakat Maluku marah dan melakukan perlawanan.
Seperti masyarakat Maluku lainnya, Kapitan Waloinndi juga tidak senang dengan sikap Belanda saat itu. Pada 16 Mei 1817, Kapitan Waloindi bersama  La Tulukabesi (Raja Hitu), Paulus Tiahahu, Chiristina Marta Tiahahu (Anak Putri Paulus Tiahahu), dan Kapitan Patipelohi (Patipelong)  serta masyarakat Saparua (Maluku) lainnya, berjuang bahu membahu untuk mengusir penjajah Belanda (Walanda) dalam merebut Benteng Duursetede di Saparua dan berhasil menguasai dan membunuh semua pasukan Belanda, kecuali putra Residen yang bernama Juan Van Den Berg. (La Rabu Mbaru, 2016).
Benteng Duurstede di Saparua (Maluku)

Di Maluku, Kapitan Waloindi lebih akrab dipanggil oleh sahabat-sahabatnya dengan nama ‘Pattimura’ yang diangkat dari nama akronimnya ‘Raja Pati’ dan ‘La Mura’ (La Hatimura). Jadi, nama Pattimura berdasarkan Culadha Tape-ape berarti: “Raja Pati yang berhati mulia (bermurah hati)” karena beliau rela membantu orang yang lemah dan teraniaya. (La Rabu  Mbaru, 2016).
Kapitan Pattimura

Kemenangan yang gemilang ini menambah semangat juang  rakyat Maluku,sehingga perlawanan meluas kedaerah lain seperti Seram, Hitu, dan lain-lain. Pada Bulan Juli 1817, Belanda mendatangkan bala bantuan berupa kapal perang dan dilengkapi dengan meriam-meriam. Akhirnya benteng Duurstede berhasil  direbut kembali oleh Belanda. Pasukan Pattimura/Kapitan Waloindi melanjutkan perang dengan siasat gerilya. Pada bulan Oktober 1817, Belanda mengerahkan pasukan sebesar-besarnya untuk menghadapi Pattimura/Kapitan Waloindi. Sedikit demi sedikit pasukan Pattimura/Kapitan Waloindi semakin terdesak. Akhirnya pada bulan November 1817, Pattimura/Kapitan Waloindi, Anthonie Rhebok, dan Thomas Pattiwawl berhasil ditangkap. (http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/perang-maluku.html).
Benteng New Victoria di Ambon (Maluku)

Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura bersama pejuang menjalani hukuman gantung di depan Benteng New Victoria Ambon. Sementara Paulus Tiahahu di tembak mati dan putrinya Christina Martha Tiahhau diasingkan di Pulau Jawa pada tanggal 2 Januari 1818. (http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/perang-maluku.html)
Christina Marta Tiahahu

Berdasarkan riwayat Culadha Tape-Tape, bahwa Pattimura yang digantung di depan Benteng New Victoria Ambon bukanlah Pattimura, melainkan La Songko. Ia adalah salah seorang  penghianat (mata-mata Belanda) yang wajahnya mirip dengan Pattimura/Kapitan Waloindi. Sementara Pattimura mengikuti tawanan perang  bersama La Tulukabesi (Raja Hitu), Chiristina Marta Tiahahu, dan Kapitan Patipelohi (Patipelong) bersama tawana perang lainnya yang akan diasingkan ke Pulau Jawa. (La Rabu Mbaru, 2016).
Ditengah perjalanan tepatnya di Lautan Buru, Kapitan Waloindi/Pattimura mengatur strategi untuk membunuh pasukan Belanda. Pada saat semua pasukan Belanda yang ada di kapal tersebut tertidur, kemudian mereka semua dilemparkan ke laut. Dengan hal itu, kapal perang Belanda dapat  dikuasai oleh Kapitan Waloindi dan kapal tersebut mereka arahkan ke Pulau Wanci dan mendarat di Patuno. Yang kemudian tempat berlabuhnya kapal tersebut disebut Patuhuno/Patuhuano. Kata Patuhuno/Patuhuano dalam bahasa daerah Mbedha-Mbedha dapat berarti sebagai tempat penurunan tawanan perang. Sekarang tempat itu menjadi salah satu perkampungan di PulauWangi-Wangi, bernama Patuno.(La Rabu Mbaru, 2016).
Raja Hitu (La Tuluka Besi), Chiristina Marta Tiahahu, bersama tawanan lain pulang ke Ambon dengan menumpang perahu layar dari Wanci, Kahedupa, Tomia dan Binongko tanpa diketahui oleh mata-mata  Belanda di Buton. Sedangkan Kapitan Patipelohi (Patipelong) tidak pulang ke Ambon melainkan ke Pulau Tomia dan kawin dengan putri Ince Suleman (Dato Suleman/Penyiar Islam di Pulau Tomia) dan Kapitan Waloindi kembali ke Pulau Binongko.





3 Responses to "Kapitan Waloindi/La Soro di Negeri Ambon"

  1. Jika La Songko adalah mata-mata belanda, trus logikanya bagaimana hingga beliau digantung oleh Belanda??
    Anda menulis punya referensi apa?

    ReplyDelete
  2. Supaya anda tauh ya...Pattimura itu bukan nama orang, melainkan nama kelompok pejuang. Anda mau tauh lebih lanjut tentang apa itu pattimura, kenala dikasih nama pattimura? Silahkan temui saya.
    Saya adalah keturunan langsung dari salah satu nama yang anda sebutkan namanya dalam tulisan anda di atas.

    ReplyDelete
  3. Supaya anda tauh ya...Pattimura itu bukan nama orang, melainkan nama kelompok pejuang. Anda mau tauh lebih lanjut tentang apa itu pattimura, kenala dikasih nama pattimura? Silahkan temui saya.
    Saya adalah keturunan langsung dari salah satu nama yang anda sebutkan namanya dalam tulisan anda di atas.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel